Telepon sebagai babysitter? Anak-anak di UEA beralih ke layar saat orang tua sibuk bekerja

Anak-anak saat ini tumbuh di dunia yang sudah mengakar kuatnya teknologi, mulai dari TV hingga tablet dan ponsel pintar. Menurut Pew Research Center, satu dari empat orang tua mengatakan anak mereka yang berusia 12 tahun ke bawah sudah memiliki ponsel pintar.

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa meskipun sembilan dari sepuluh anak kecil masih menonton televisi, perangkat seluler dengan cepat menjadi sumber hiburan dan interaksi yang disukai.

Temuan menunjukkan 68 persen anak di bawah 12 tahun menggunakan tablet dan 61 persen menggunakan ponsel pintar. Bahkan anak-anak terkecil pun merupakan bagian dari dunia digital – sekitar 60 persen orang tua mengatakan anak mereka di bawah usia dua tahun sudah menggunakan ponsel pintar.

Tetap up to date dengan berita terbaru. Ikuti KT di Saluran WhatsApp.

Terlebih lagi, chatbot AI kini juga menjadi bagian dari perpaduan digital yang terus berkembang ini — sesuatu yang tidak terbayangkan beberapa tahun lalu.

Meskipun penelitian ini berbasis di AS, temuan ini sangat relevan dengan keluarga di UEA, di mana kedua orang tua yang bekerja penuh waktu sudah menjadi hal biasa. Banyak rumah tangga menyaksikan pola penggunaan teknologi yang serupa – dan semakin besarnya tantangan dalam mengatur waktu pemakaian perangkat.

Sakit dan obat mujarab

Bagi warga Dubai, Shreya Goswami, teknologi telah menjadi berkah sekaligus kekhawatiran. “Dengan kedua orang tua bekerja, anak-anak secara alami tertarik pada gawai,” katanya. “Saya punya satu anak, dan pada hari-hari ketika saya dan suami sedang bekerja dan dia di rumah, terutama di hari-hari di luar sekolah, dia sering mengatakan kepada saya bahwa dia merasa kesepian. Saat itulah dia lebih banyak menggunakan gadgetnya. Bisa dibilang, itu adalah kenyamanan sekaligus pendamping baginya.”

Shreya mengatakan dia dan suaminya memantau aktivitas online putra mereka dan membatasi waktu pemakaian perangkat. “Tetapi pada saat yang sama, saya juga melihat sisi kreatif muncul melalui penggunaan perangkatnya, yang membuat saya terpesona,” tambahnya. “Dia tidak hanya bermain game, dia benar-benar menciptakannya. Dia baru berusia sembilan tahun, namun dia juga membuat presentasi PowerPoint, sesuatu yang baru saya pelajari di kemudian hari. Sekolah saat ini mendorong anak-anak untuk melek digital — ini menjadi kebutuhan sekaligus pilihan. Perhatian utama saya adalah dampak layar terhadap penglihatannya.”

Para pendidik UEA juga memperhatikan perubahan ini. Natalia Svetenok, Kepala Sekolah Woodlem British School di Ajman, mengatakan kemampuan anak-anak untuk fokus, berimajinasi, dan terhubung terus berkembang. “Rentang perhatian masyarakat semakin pendek,” katanya, “tetapi kreativitas dan kemampuan beradaptasi semakin meningkat [devices] digunakan untuk suatu tujuan.

“Dewan Orang Tua bekerja erat dengan kami untuk membantu keluarga belajar bagaimana menggunakan media dan teknologi dengan cara yang sehat. Kitalah yang membesarkan anak-anak kita, bukan teknologi. Kita perlu mengajari mereka bagaimana menjadi manusia di dunia yang penuh dengan teknologi.”

Waspadai perubahan perilaku

Beberapa orang tua menganggap waktu menonton yang berlebihan lebih meresahkan. Ibu asal Jerman, Helene Müller (nama diubah demi privasi) memperhatikan perubahan perilaku pada putri remajanya setelah lama terpapar perangkat.

“Dia menjadi lebih agresif, cemas dan mudah tersinggung,” kenang Müller. “Pada usia itu, dia masih remaja dan tidak mau mendengarkan kami, yang benar-benar membuat saya dan suami khawatir. Saya juga memperhatikan dia menarik diri dari pergaulan dan kesulitan untuk fokus.”

Ketika nilai putrinya mulai merosot, keluarga tersebut mulai melihat titik balik. “Dia selalu menjadi murid yang baik, jadi ketika nilainya mulai menurun, dia sangat terpukul,” kata Helene. “Saat itulah kesadaran datang dari dalam, dia memutuskan sendiri untuk mengurangi dan fokus kembali pada studinya.”

Para ahli mengatakan moderasi dan struktur tetap penting dalam mengelola kebiasaan digital anak-anak. Dr Ayman Fahmy, Spesialis Pediatri di Rumah Sakit Medeor, Abu Dhabi, menyarankan para orang tua untuk menjaga rutinitas yang jelas dan mendorong aktivitas fisik. “Mempertahankan rutinitas adalah kuncinya,” katanya sebelumnya. “Tetapkan waktu bangun dan tidur yang konsisten. Batasi penggunaan layar sebanyak mungkin. Dorong aktivitas fisik melalui permainan dalam ruangan atau perkemahan lokal. Yang terpenting, anak-anak harus memberi contoh — tetap aktif, dan libatkan mereka kapan pun Anda bisa.”